Posted in Journey

A Look Back at 2014: Kenapa Nge-blog?

“Siapa sih saya? Emang ada yang mau baca kalau saya bikin tulisan macam curhat?”

Pikiran-pikiran begitu sering sekali mendengung di kepala, bahkan sampai detik ini 😅 Tapi, sebagai bagian dari rasa syukur dan terima kasih, rasanya perlu juga sedikit flashback, mumpung masih awal tahun 😉 #hihi..sok penting 😛 Nggak apa lah ya, diary pribadi ini 😀

2014 adalah tahun yang cukup spesial buat saya. Di tahun inilah ada dorongan ‘dahsyat’ yang bikin saya punya ‘rumah curhat’ yang cukup ‘hidup’, selain diary bergembok jaman SD dulu 😅

Pertama kali saya bikin tulisan di blog adalah saat berencana mau menyapih Alma. September 2013. Biasa kan emak rempong, mau nyapih aja browsing dulu 😁 hehe..

Saat lagi menjalani proses penyapihan alias WWL, ternyata tantangan dan ‘drama’ nya cukup lumayan menguras hati dan pikiran #lebay. Akhirnya saya memutuskan untuk ‘mengabadikan’ pengalaman WWL ini lewat tulisan.

Tapi dimana? Nggak mungkin nulis diary lagi kan? Lagian mau cari dimana jaman sekarang diary yang ada gemboknya? Hehe 😁.

Sumber: babble.com
Sumber: babble.com

Berhubung saya gaptek, untungnya punya suami yang super hi-tech. Suami tercinta yang pertama kali mengusulkan saya untuk punya blog 😉 Saya sih nggak tau apa-apa. Tiba-tiba blognya udah jadi, dipilihin tema dan dibikinin tagline, tinggal curhat nulis aja 😅

Beres curhat soal WWL sampai dua episode, udah deh.. Mati gaya nggak punya bahan tulisan 😆 ahahahaha…

Karena awalnya memang nggak niat untuk rutin dan konsisten nulis, jadilah blog saya kosong melompong. Terus, suami komentar,

“Bu, kok nggak nulis resep aja? Kan banyak tuh temen-temen Bubu yang suka nanya resep, jadi nggak usah cape bolak balik nerangin di whatsapp. Tinggal arahin aja buat buka blog Bubu, sekalian dokumentasi buat Bubu juga kan”.

Aaah, cerdas! 😘 Kenapa nggak kepikiran sebelumnya ya? Modal nekad akhirnya nulis resep juga 😄

Resep pertama yang saya tulis adalah resep warisan andalan dari Mama, makaroni skotel. Waktu itu beneran yang ditulis CUMA RESEP aja. Asli. Polosan. Nggak ada intro, nggak ada foto 😅 hihi.. Namanya juga pemula, yang baca paling segelintir teman terdekat aja #kasian amat 😓.

Sampai akhirnya, cobaan datang. Alma belum bisa bicara di umurnya yang menginjak dua taun. Saat teman sebayanya udah bisa bercerita dengan kalimat pendek dan memanggil “Ayah” atau “Ibu”, Alma bahkan belum bisa menyebut namanya sendiri. Keadaan ini mengharuskan Alma ikut speech therapy selama hampir 4 bulan di Bandung.

Nah, selama menjalani speech therapy ini, saya dapat ilmu dan pengalaman yang luuuuar biasa berharga dan bermanfaat. Sayang kalau ‘menguap’ begitu saja karena penting juga buat bekal saya kalau nanti insyaAllah punya anak lagi 😉

Jadilah saya tergerak untuk mendokumentasikan dan merangkumnya di tulisan ini: “Tips Menstimulasi Anak Batita untuk Berbicara dan Berkomunikasi”.

Waktu itu sih, harapan saya sederhana, sekedar pengen berbagi sama Ibu-Ibu lain yang mungkin mengalami hal yang kurang lebih mirip.

Atau versi muluknya, siapa tau pengalaman yang saya bagi bisa diterapkan sama yang kebetulan baca, jadi anaknya nggak perlu ngalamin speech delay 😉

Alhamdulillah, ternyata dapat respon positif 🙂

testimoni-speech-therapy

Entah kenapa sejak itu, saya jadi lebih bersemangat untuk sharing, menulis pengalaman menjadi Ibu di blog. Padahal, aslinya selama ini saya cuma curhat ke diary bergembok 😛 hehe… Hal-hal yang menurut saya pribadi, cuma saya bagi ke keluarga terdekat atau perempuan-perempuan sebaya yang saya sebut sahabat.

Lah ini nulis blog? Sudah pasti jadi available di ruang publik kan? Terus, cerita-cerita soal aib sendiri pula yang banyak bener kurangnya?

Nah, itu saya juga nggak ngerti. Entah kenapa sejak sharing dan menulis pengalaman di blog, termasuk soal ups and downs menjadi orangtua baru, hari-hari saya rasanya malah jadi lebih ‘ringan’ 😉. Bukan cuma itu, menulis di blog juga nggak disangka jadi aktivitas yang menyenangkan di sela-sela rutinitas saya jadi emak rumahan di perantauan 😊

Walaupun kenyataannya, blog saya per hari-nya cuma dibaca paling banyak belasan kali 😅 hihi.. Itupun yang baca orang-orang yang sudah saya kenal 😁 hehe..

Melihat saya punya hobi baru dan keasikan sendiri (karena berasa punya diary baru), suami komentar lagi, “Bu, coba nulis resep lagi deh. Kan sekarang perbendaharaan resep Bubu udah lumayan, nggak kayak dulu cuma itu-lagi-itu-lagi 😁 (#ketawa miris). Tapi dikasih foto dong, biar yang baca bisa ngebayangin enaknya masakan Bubu”. ☺️

Aaaah suami saya nih, paling bisa membesarkan hati istrinya 😁 hihi..

Akhirnya, kamera digital yang selama ini cuma dipakai kalau keluar rumah, malah punya tugas tambahan di dalam rumah, tepatnya dapur dan ruang tengah 😀 Sempat ngintip foto-foto makanan di situs lain, wiiih langsung krisis pede 😦

Untungnya, lagi-lagi suami saya inisiatif. Besok paginya saya dihadiahi print out dua buah e-book tentang food photography 😄 Laaangsung semangat baca karena ternyata isinya seruuu 😊

Sumber: amazon.com
Sumber: amazon.com

Selain itu, baca juga buku food photography berbahasa Indonesia yang ‘diimpor’ langsung dari Bandung waktu itu. Sempet ngobrol juga via whatsapp sama seorang sahabat yang memang penggiat fotografi. Belajar kilat deh pokoknya 😉

Terus di penghujung minggu, langsung ajak suami belanja ‘properti foto’ murah (tapi nggak murahan) di kedai Jepang serba RM 5 alias Da*so 😉 Bubu hepi! 😊

Tadaaa! Inilah foto resep pertama saya 😁 Lumayan lah yaa buat amatiran otodidak yang baru belajar fotografi 😁

chickenkatsu

Somehow, ide mengalir terus sejak itu. April 2014, ada 8 tulisan yang berhasil saya published. Sebuah pencapaian untuk seorang penulis diary, hehe…

Momennya memang bertepatan juga sama toilet training Alma jadi saya bisa sharing juga soal itu.

Tiap habis masak pun, Alma sama Ayahnya saya larang nyicip makanan karena mau difoto dulu 😅😁 Untungnya nggak sampai pingsan kelaperan, padahal jeprat-jepretnya sampai ratusan kali cuma buat ambil 1 foto  😁 hihi.. #maklum amatiran.

Sampai akhirnya ketemu KEB. Komunitas ini isinya perempuan-perempuan yang memang hobi menulis dan bahkan nggak jarang yang sudah berhasil menjadikan hobinya sebagai profesi yang menghasilkan 😊 Salut banget deh! 😉 Kalau saya sih, masih sebatas hobi lah yaa 😊

Lewat KEB, saya si penulis diary memberanikan diri untuk pertama kalinya ikut kompetisi blog. Alhamdulillah, nggak disangka berhasil diapresiasi jadi salah satu pemenang favorit untuk tulisan tentang Stimulearn Aplikasi 😉 Setelah itupun, nekad lagi ikutan giveaway sebuah blog parenting berbahasa Inggris yang keren banget, dan alhamdulillah dapat hadiah juga 😁

Bukan cuma jadi jalan untuk membangun network, yang paling penting dengan gabung di KEB adalah saya jadi dapat banyak inspirasi, dan tentunya suntikan semangat 😉

Selain dari supporter utama tentunya, sang suami tercinta 😉

Dulu yang awalnya cuma belasan views per hari, alhamdulillah sekarang jumlah views-nya sampai 10 kali lipatnya, bahkan kadang lebih. Nggak jarang tiap bulannya ada sekitar 3000-an views dan bahkan tertinggi sampai 4000-an views, jadi cuma dalam waktu 8 bulan, sudah ada sekitar 24.000-an views 😅 alhamdulillah…

image

Selain sesekali di-refer dari akun facebook pribadi dan komunitas KEB, sebagian besar pengunjung blog ini sumbernya malah dari search engine. Nggak jarang saya dapat respon positif dari orang yang nggak saya kenal sama sekali 😉

Rangkuman tulisan saya tentang speech therapy Alma ternyata bisa dipraktikkan Ibu-Ibu lain di luar sana dan mereka bisa merasakan manfaatnya. Alhamdulillah 😊.

Sebagian besar resep yang saya tulis pun, seperti Salmon steak yang gampang banget bikinnya, Pepes tahu panggang yang nggak perlu ribet pakai daun pisang, Calamari kriuk tanpa alot, Ayam pop a la restoran Padang, bisa muncul di halaman pertama pencarian google. Alhamdulillah 😊

google-pageone

#Kalau ada yang penasaran, boleh ngintip resep saya yang lain lewat link kategori cooking 😉.

Buat para penulis yang sudah lama berkecimpung di dunia blogging, mungkin ini nggak ada apa-apanya. Aaaah kecil banget mungkin ya nilainya 😉

Tapi, buat seorang emak rumahan yang awalnya cuma iseng nulis karena pengen ‘curhat’, lalu dilanjut menjadikan blogging sebagai suatu pengalihan dari rutinitas dan akhirnya jadi hobi yang cukup menyenangkan; tau kalau ‘curhatannya’ selama 8 bulan ini akhirnya dibaca sampai seratusan kali per hari, aaaah nggak pernah nyangka deh 😉 #norak 😀 hihi…

Semoga angka-angka yang saya sebut di atas, berbanding lurus dengan manfaat yang saya sebar lewat tulisan di blog ini.. 😊 dan semoga juga, suatu saat blog ini bukan cuma bermanfaat buat yang baca, tapi juga bisa lebih produktif alias menghasilkan buat emak rumahan macam saya 😅 hehe..

Thank you to those who have spent a little of their valuable time to peek into my online ‘diary’.. Thanks for keeping me recharged and motivated 🙂 Love you! ❤️

12 thoughts on “A Look Back at 2014: Kenapa Nge-blog?

    1. Waaah senangnya dikunjungin mba Maureen 🙂 Alhamdulillah mba, saling mengisi aja kekurangan masing-masing 😉 Aamiin.. thanks for the prayer, semoga makin sukses juga 🙂 Btw, foto mana nih yg cantik? #GR, hihi.. Foto makanan masih belajar terus mba 🙂 Makasiih udah mampir 🙂

      Like

  1. Wah.. Keren.. Tetap smgat menulis ya mba. Ada resef cupcake nga mba. Atau resep apa gtu yg simple di masak sma anak kostan gtu. Haha ini ceriyanya request postingan.

    Like

Leave a reply to andinaseptiarani Cancel reply