Posted in health, Journey, Motherhood, Parenting

Sekelumit tentang Nursing while Pregnant

Alhamdulillaah..

Sejatinya kita nggak pernah tau apa yang sudah Allah siapkan untuk kita. Just like finding out my 3rd pregnancy while Fatima was still 1-year-old. Manusia memang hanya bisa berencana, Allah lah yang menentukan. Apa-apa yang dalam logika manusia tidak mungkin, apalah yang nggak mungkin bagi Allah. Bahkan hal yang nggak pernah kita ucapkan, atau hanya terbersit dalam hatipun, Allah jelas MahaTau and in no time bisa membuat kita terkaget-kaget dengan keputusan-Nya.

Gimanapun, semua jalan kehidupan sudah diatur. Tugas kita adalah menjalani dengan sabar dan syukur. Sounds simple, right? πŸ˜€ despite the reality, hehe..

Tapi apapun itu, banyak hikmah semoga bisa diambil. Seperti saya yang akhirnya ketemu lagi dengan konselor laktasi setelah pertemuan terakhir sekitar lebih dari 1 tahun yang lalu. Bahwa tetap menyusui saat hamil itu dibolehkan dengan beberapa persyaratan, seperti ibu dan janin sehat (janin tidak terganggu pertumbuhan dan perkembangannya), dan tidak ada kontraksi saat menyusui.

Awalnya, I refuse to stop breastfeeding karena merasa belum memenuhi hak anak secara penuh. Tapi berjalannya waktu, I encountered some problems yang akhirnya memaksa saya untuk berpikir lagi whether or not I should continue. Pertemuan dengan dokter anak konselor laktasi alhamdulillah menjadi jalan pencerahan buat saya di kondisi kehamilan yang sudah masuk trimester 3 ini.

Ada beberapa hal yang penting buat di-highlight.

Pertama, keputusan untuk menyapih atau tidak, tetap ada pada orangtua – tentunya atas rekomendasi dari obgyn dan konselor laktasi hanya bersifat menyarankan.

Kedua, supaya proses weaning with love (WWL) bisa berjalan lancar, Ibu pastinya perlu support dari Ayah, anak yang lebih besar, pengasuh (kalau ada), dan support system lain untuk membiasakan pengalihan momen menyusu anak.

Ketiga, kalau memutuskan untuk lanjut menyusui dan pada akhirnya tandem breastfeeding bayi dan kakaknya yang belum genap 2 tahun, tetap nutrisi dan tumbuh kembang bayi yang menjadi faktor penentu apakah bisa lanjut tandem atau tidak. Kata konselornya, soal kecukupan ASI erat kaitannya dengan positive mind dan positive attitude sang Ibu.

Keempat, saya jadi tau bahwa ternyata IDAI punya aplikasi tumbuh kembang anak yang cukup kece dan lengkap. PrimaKu namanya. Buibu udah pada donlot? Dari yang dulu harus nge-plot bb, tinggi, dan lingkar kepala anak secara manual, sekarang tinggal input di aplikasi aja. Plus, ada jadwal vaksinasi lengkap dari IDAI – mulai bayi sampai usia 18 tahun. Kece kan.. πŸ˜€ Nah, nggak kalah penting, formulir KPSP dan stimulasinya, yang dulu pernah saya share di tulisan “deteksi tumbuh kembang anak“, sudah incorporated di dalam aplikasi PrimaKu ini. Bahkan, di tab terakhir, ada juga bahan bacaan artikel tumbuh kembang anak yang cukup beragam tema-nya. Praktis dan lengkap πŸ˜€

Segitu aja dulu sharing kali ini. Semoga fokusnya lebih ke manfaat daripada sekedar curhat πŸ˜€

Leave a comment