Duluuu sekali, waktu Alma baru mulai mengenal makanan padat, MPASI, rasanya setiap bulan selalu ribet memikirkan soal kenaikan berat badannya. Apalagi, setelah menginjak umur 1 tahun, dan setelahnya. Berat badannya hampir selalu kurang dibanding anak lain seumurnya.
Sempat ngobrol dengan beberapa teman terdekat dan di forum-forum, katanya ada beberapa kemungkinan penyebab berat badan anak susah naik, salah satu di antaranya adalah kekurangan zat besi. Biasa lah yaa, namanya anak pertama, ada apa-apa sedikit, langsung panik, hihi.. Maklum emak-emak rempong ;p Sampai-sampai dibawa ke dokter, dan setelah di-skrining dan diperiksa, dokternya bilang, “I just don’t know what to do with your child, she’s completely fine and healthy“. Anak kurus gak selalu identik dengan gak sehat, begitu juga sebaliknya, kata dokter 🙂 Hhh.. Lega lah yaa, sadar diri aja.. Gimana anak mau gede badannya kalau emak bapaknya cungkring? Hehe.. 😀
Tapiiii… gak ada salahnya juga kan mencari tau kebenarannya. Hikmahnya, saya jadi mencari tau segala sesuatu yang berkaitan dengan zat besi, khususnya untuk anak balita, dan saya coba rangkum disini 🙂
Mengapa zat besi penting?
Bicara soal fungsi zat besi di dalam tubuh, tidak akan mungkin bisa jelas tanpa tahu mengenai hemoglobin terlebih dahulu. Hemoglobin merupakan salah satu komponen dalam sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen. Nama hemoglobin berasal dari kata heme dan globin, karena setiap subunit hemoglobin merupakan protein globular yang memiliki gugus heme. Nah, masing-masing gugus heme ini mengandung satu atom besi (Fe) di pusatnya sebagai komponen utama yang berfungsi untuk mengikat oksigen.

Jika kebutuhan zat besi tidak tercukupi, tubuh tidak dapat memproduksi cukup hemoglobin sehingga oksigen tidak dapat disirkulasikan (dari paru-paru) ke seluruh tubuh (sel, jaringan, organ). Selain berfungsi sebagai pengikat oksigen, hemoglobin juga berperan penting dalam mensirkulasikan karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru.
Selain itu, zat besi juga penting dalam pembentukan myoglobin. Myoglobin terletak di otot dan berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan memfasilitasi pergerakan oksigen di dalam otot.
Walaupun hemoglobin dan myoglobin merupakan molekul protein yang kompleks dan besar, sisi aktifnya sebenarnya merupakan gugus non-protein yang disebut heme (lihat gambar di atas). Heme merupakan senyawa organik dengan besi (Fe) sebagai atom pusatnya, tepatnya merupakan cincin porfirin yang mengandung banyak ikatan karbon rangkap dua terkonjugasi. Hal inilah yang berperan memberikan warna merah yang khas pada darah.
Zat besi juga merupakan komponen penting dari berbagai enzim. Salah satu fungsi enzim adalah membantu tubuh mencerna makanan dan membantu banyak reaksi metabolisme penting di dalam tubuh.
Tidak salah kalau zat besi disebut sebagai salah satu mineral terpenting dalam pertumbuhan anak.
*Referensi disini.
Bagaimana akibatnya jika anak kekurangan zat besi?
Kekurangan zat besi pada anak, jika tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan Anemia Defisiensi Besi (ADB) yang mengarah pada terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara kognitif maupun secara perilaku (referensi disini dan disini).
Kekurangan zat besi pada tahap awal (iron deficiency) biasanya tidak menimbulkan gejala yang berarti, kecuali sudah mengarah pada ADB. Berikut beberapa ciri atau gejala yang ditimbulkan jika anak mengalami ADB:
- Kulit terlihat pucat
- Terlihat lemas dan mudah lelah
- Hilangnya nafsu makan
- Sering merasa pusing
- Mengalami kesulitan menjaga suhu tubuh
- Mengalami masalah dalam perkembangan kognitif dan sosial
- Melemahnya sistem imun sehingga mengarah pada rentan terkena infeksi (referensi disini dan disini).
Diagnosis yang lebih akurat tentunya harus melalui pemeriksaan oleh dokter berupa pemeriksaan fisik, riwayat penyakit/rekam jejak kesehatan, dan pastinya uji darah (referensi lebih lanjut soal ini klik disini).
Berapakah kebutuhan zat besi anak setiap harinya?
Bayi dan balita harus tercukupi kebutuhan zat besinya karena tengah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat.
Tabel berikut (diambil dari sini), berisi nilai RDA untuk zat besi (Recommended Dietary Allowance): “Average daily level of intake sufficient to meet the nutrient requirements of nearly all (97%–98%) healthy individuals”. Kalau boleh saya terjemahkan, yaitu nilai rata-rata asupan/kebutuhan harian (zat besi) yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (hampir) semua individu yang sehat.
Berikut nilai RDA atau kebutuhan harian zat besi pada bayi dan anak, juga kebutuhan zat besi pada tahapan usia selanjutnya:
Umur | Laki-laki | Perempuan | Hamil | Menyusui |
---|---|---|---|---|
0-6 bulan | 0.27 mg* | 0.27 mg* | ||
7–12 bulan | 11 mg | 11 mg | ||
1–3 tahun | 7 mg | 7 mg | ||
4–8 tahun | 10 mg | 10 mg | ||
9–13 tahun | 8 mg | 8 mg | ||
14–18 tahun | 11 mg | 15 mg | 27 mg | 10 mg |
19–50 tahun | 8 mg | 18 mg | 27 mg | 9 mg |
>51 tahun | 8 mg | 8 mg |
Terlihat pada tabel bahwa kebutuhan zat besi pada bayi dan balita relatif besar. Kebutuhan akan zat besi yang cukup besar juga diperlihatkan pada anak remaja perempuan yang telah mengalami menstruasi (14-18 tahun) dan ibu hamil dan menyusui.
Apa sajakah sumber zat besi yang baik?
Bayi berumur 0-6 bulan akan tercukupi zat besinya dari ASI. Zat besi yang terkandung dalam ASI sangat mudah diserap oleh tubuh. Jikapun tidak dapat menyusui secara ekslusif, berikan susu formula yang difortifikasi dengan zat besi.
Setelah berumur 6 bulan ke atas, kandungan zat besi dalam ASI tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan anak yang meningkat. Oleh karena itulah harus dibantu dengan pemberian makanan yang tinggi zat besi (referensi disini).
Kekurangan zat besi pada anak umumnya terjadi pada umur 6 bulan – 3 tahun karena pertumbuhan yang sangat pesat dan kekurangan asupan zat besi dari makanan (referensi disini).
Untuk anak berumur 6 bulan ke atas, makanan merupakan sumber terbaik zat besi. Terdapat dua jenis zat besi berdasarkan sumbernya (struktur kimiawi zat besi-nya):
1. Heme, yaitu zat besi yang berasal dari sumber hewani. Contoh:
- Daging merah (tanpa lemak)
- Seafood: Ikan, udang, kerang, dll
- Daging unggas: Ayam, kalkun, dan hati. *Khusus untuk hati, batasi konsumsinya sebanyak 1x/minggu karena tinggi vitamin A.
2. Non-heme, yaitu zat besi yang sebagian besar berasal dari sumber nabati. Contoh:
- Sayuran berwarna hijau gelap (bayam, brokoli, dll)
- Telur
- Kacang-kacangan (kedelai, almond, kacang merah, kacang polong, dll)
- Buah yang dikeringkan (kismis, kurma, sultana, dll)
- Pasta yang difortifikasi zat besi
- Beras (putih, merah, coklat)
- Gandum utuh (sereal gandum utuh, roti gandum utuh, dll)
Zat besi jenis heme, berdasarkan struktur kimiawinya, lebih mudah diserap tubuh (memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi) dibandingkan zat besi jenis non-heme. Tetapi, penyerapan zat besi jenis non-heme ini akan menjadi lebih baik jika dikonsumsi bersamaan dengan zat besi jenis heme atau bersamaan dengan makanan yang mengandung vitamin C tinggi (misalnya tomat, paprika, dan buah-buahan).
Berikut kandungan vitamin C beberapa sayuran dan buah:
Jenis sayuran/buah | Jumlah sajian | Kandungan Vitamin C |
---|---|---|
Paprika merah yang sudah dimasak | 68 gram (1/2 cup) | 116 mg |
Kiwi (tanpa dimasak) | 1 buah ukuran sedang | 70 mg |
Stroberi (tanpa dimasak) | 72 gram (1/2 cup) | 49 mg |
Jeruk (tanpa dimasak) | 1 buah ukuran sedang | 70 mg |
*Referensi disini
Bagaimana cara memastikan kecukupan zat besi pada anak?
1. Berikan menu yang tinggi zat besi. Bisa melalui menu utama, maupun menu sampingan (camilan). Sebagai gambaran, berikut saya rangkum dari beberapa referensi (sumber referensi klik langsung di jenis makanan dan jumlah sajiannya):
Jenis makanan | Jumlah sajian | Kandunganzat besi |
---|---|---|
Daging sapi yang sudah dimasak | 85 gram (3 oz) | 2 – 3,1 mg* |
Bayam yang sudah direbus | 90 gram (1/2 cup) | 3,2 mg |
Telur rebus ukuran besar | 1 butir | 1 mg |
Kacang kedelai yang sudah dimasak | 37,5 gram (1/2 cup) | 4,4 mg |
Hati ayam | 75 gram (2 1/2 oz) | 9,2 mg |
Kismis tanpa biji | 40 gram (1/4 cup) | 1 mg |
Udang | 75 gram (2 1/2 oz) | 2 mg |
*Tergantung jenis potongan daging sapi
2. Batasi konsumsi susu sapi pada anak balita.
- Anak balita berumur 1-5 tahun sebaiknya tidak meminum susu sapi secara berlebihan setiap harinya. Alasannya: (1) susu sapi (kaya kalsium tetapi) rendah zat besi jika dibandingkan dengan sebagian besar jenis makanan; (2) jika dikonsumsi berlebihan, dapat membuat anak menjadi kenyang sehingga kecenderungan untuk memperoleh zat besi dari makanan menjadi berkurang; (3) kalsium yang terkandung dalam susu juga dapat menghambat penyerapan zat besi (referensi disini dan disini).
- Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di jurnal Pediatrics tahun 2012, disimpulkan bahwa sejumlah 2 cups (~500 mL) susu untuk anak berumur 2-5 tahun cukup untuk memenuhi kebutuhan kalsium (vitamin D) untuk anak tanpa mengganggu kandungan/penyerapan zat besi dalam tubuh anak.
- Oleh sebab itu, batasi jumlah konsumsi susu per hari maksimal 500 mL dan beri jarak antara minum susu dengan makan makanan yang tinggi zat besi agar penyerapannya dapat berlangsung optimal (referensi disini).
Apa sajakah contoh menu tinggi zat besi?
Zat besi sebenarnya terkandung di banyak jenis makanan, namun ada yang kandungannya rendah dan ada yang kandungannya tinggi. Nah, udah tau kandungannya, belum lagi soal bioavailabilitasnya, eeeh… gak jarang malah jadi pusing menyusun menu, hehe.
Kalau udah pusing gitu, saya akhirnya berusaha untuk memberi se-variatif mungkin menu makanan setiap hari/setiap minggunya (berbagai sumber protein hewani, nabati, dan sayuran serta buah berlainan warna), tapi dengan catatan menu daging dan sayuran hijau harus ada paaaaling minimal 1 minggu 1 kali sebagai asupan zat besi yang tinggi 🙂
Ini sih sekedar sharing saja beberapa menu (kaya zat besi) yang biasa saya sajikan di rumah. Inspirasi pastinya dari resep-resep ‘warisan’ dan kumpulan resep tinggi zat besi di grup Facebook, Homemade Healthy Baby Food. Udah pada jadi member belum? 😉
Menu utama:
- Omelet daging cincang: Telur (zat besi), daging cincang (zat besi heme), paprika (vitamin C), tomat (vitamin C), asparagus (zat besi non-heme), bayam (zat besi non-heme), brokoli (zat besi non-heme). Lihat resepnya disini.
- Sup daging: Daging (zat besi heme), brokoli (zat besi non-heme), wortel, tomat (vitamin C). Lihat resepnya disini.
- Gepuk daging sapi super empuk. Bisa disajikan dengan sayuran yang tinggi zat besi. Lihat resepnya disini.
- Spaghetti bolognaisse: Spageti (zat besi non heme), daging cincang (zat besi heme), tomat yang dibuat saus pasta (vitamin C). Resepnya coming soon! 🙂
- Sayur kacang merah: Kacang merah (zat besi non-heme), daging merah (zat besi heme), tomat (vitamin C).
- Sayur bening bayam: Bayam (zat besi non-heme), tomat (vitamin C), wortel/jagung.
Menu sampingan:
- Custard ubi/labu kuning stroberi/kiwi: Ubi/labu kuning (zat besi non-heme), stroberi/kiwi (vitamin C), telur (zat besi non-heme). Resepnya coming soon! 🙂
- Jus pir dan kismis: Kismis (zat besi non-heme), pir (vitamin C). Kalau ini sih gak perlu pakai resep, cuma pir aja diblender bareng kismis (yang sebelumnya udah direndam sebentar pakai air hangat). Saking seringnya Alma dibikinin jus ini hampiiir tiap pagi, sekarang bosen! Hehe.. ;p
Semoga bermanfaat 🙂
***
Referensi:
http://www.cdc.gov/nutrition/everyone/basics/vitamins/iron.html
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2528681/#!po=25.0000
http://themedicalbiochemistrypage.org/heme-porphyrin.php
http://jn.nutrition.org/content/131/2/649S.full
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/ida/diagnosis.html
http://ods.od.nih.gov/factsheets/Iron-HealthProfessional/
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007134.htm
http://pediatrics.aappublications.org/content/early/2012/12/12/peds.2012-1793.abstract
http://www.chemistry.wustl.edu/~edudev/LabTutorials/Ferritin/Ferritin.html
http://www.healthlinkbc.ca/healthfiles/hfile68d.stm
http://www.whattoexpect.com/toddler-nutrition/iron-and-toddlers.aspx
http://www.babycentre.co.uk/x555840/how-can-i-make-sure-my-toddler-gets-plenty-of-iron
http://www.babycenter.com/0_iron-in-your-childs-diet_10324691.bc
http://www.mayoclinic.org/healthy-living/childrens-health/in-depth/iron-deficiency/art-20045634?pg=1
http://kidshealth.org/parent/growth/feeding/iron.html#
Menarik sekali, Din! Gua kemaren baru aja ngobrol tentang zat besi sama temen terutama darah karena dia lagi diet makanan ber-zat besi tinggi untuk mempermudah proses sel induksi sel telur. Gua juga ada kemungkinan punya tipe darah kental sehingga bahan2 makanan berzat besi tinggi malah tidak disarankan katanya. Tapi memang untuk tahu pasti harus cek darah di laboratorium sih 😦
LikeLike
Wow.. never thought tulisan ini bakal menyasar selain anak balita nih, hehe.. Thanks for reading, dear 🙂 Kurang tau keperluan zat besi buat yg masih nyiapin kehamilan, Fel.. Tapi kalau udah berhasil hamil, setau gw yg penting banget (terutama di awal kehamilan) emang asam folat dan zat besi.. Anemia pada ibu hamil juga bisa diturunkan ke bayi-nya, makanya krusial banget.. Btw, tau dari mana tipe darahnya kental bu? Hmm.. harus cek darah ah yg begitu mah, gak bisa asal prediksi Fel.. Kalau soal kekentalan darah kemungkinan erat kaitannya sama trombosit kayanya.. Sehat-sehat yaah :*
LikeLike
kerreeen ulasannya…kaya tongkat ajaib yang menyulap saya jadi orang pinter. ndak ngeh kl ternyata zat besi fungsinya untuk mengikat oksigen. tak pikir kaya kalsium yg bikin otot kita dan tulang kita kuat kaya gatot kaca heehee
LikeLike
Hehe… Seneng bisa berbagi alhamdulillah.. 😊 Kebetulan ada pengalaman soal zat besi ini jadinya banyak baca, Mak 😄 Namanya jadi emak-emak jaman sekarang tantangannya banyaaak 😉 Dua mineral paling penting selama pertumbuhan memang besi sama kalsium kok 😄 Makasih udah mampir 😊
LikeLike
isha termasuk orang yang selalu kekurangan zat besi, padahal makan banyak, sudah dilengkapin. tapi tetep aja anemia.. solusinya dengan meminum penambah darah..
LikeLike
Hmm.. Suka minum susu/teh/kopi tiap habis makan? Kalau iya mungkin pengaruh juga karena kalsium/kafein menghambat penyerapan zat besi. Semoga tetep sehat ya Mba Isha 😊
LikeLike
Aku pun sepertinya kurang zat besi nih. Bawaannya lemes mulu. :’
LikeLike
Alhamdulillah… Ilmu saya nambah lagi, jd inget dulu waktu hamil anak pertama saya sempet ngalamin anemia, Hb saya sampe 9 dibawah normal banget.. Coba dulu saya baca artikel mba..hehe. Thanks ya mba, salam kenal yaaah…
LikeLike