Posted in Journey

Empat Tahun Sudah..

“Kalau gak ada yang dateng ke rumah, ‘booking’ di-cancel ya, jadinya available untuk yang lain”.

Hihi.. Saat ini sih bisa senyum-senyum sendiri kalau inget kalimat ‘ancaman’ itu, padahal pada masanya di pertengahan tahun 2009, cukup menjadi kalimat sakti yang menguras hati.. ;p

Bukan tanpa alasan. A man is only as good as his words. Selain menagih ‘hutang’ yang sudah terucap, gak bisa bohong kalau saat itu sudah sampai di titik pasrah, tepatnya satu langkah lagi menuju menyerah. Perjalanan perkenalan yang (terlalu) panjang daaaan melelahkan, telinga yang semakin panas karena kesabaran mulai habis, belum lagi ‘godaan’ besar untuk switch ke keadaan lain yang… as simple as saying “Yes” to other person.

Saat saya melontarkan kalimat ‘ancaman’ tersebut, sebenarnya saya juga sedang diancam. Mengembalikan sejumlah uang tertentu, dikalikan dua. Delapan belas bulan, katanya, tidak boleh lebih. Menyelesaikan sejumlah SKS termasuk di dalamnya penelitian tesis. Saat itu sudah menginjak bulan ke-tiga belas, data masih belum lengkap, arah penelitian diubah di tengah jalan.. Mana bisa berpikir jernih kalau hati lagi gak enak? ;p

Tiba di penghujung tahun, di tengah keadaan yang campur aduk rasanya, SangMahaBaik memberi saya waktu untuk istirahat 😀 ‘Berlibur’ 1 minggu penuh di Borromeus karena kadar trombosit terjun bebas :’D “Kekebalan tubuh menurun drastis”, kata dokter, hehe.

“Is he really the one?  Bagaimana mengaitkan eskternalitas pemanfaatan air, bukan hanya dari segi lingkungan, tapi juga dari segi ekonomi? Apakah dia yang dijanjikan SangPenentu untuk jadi teman hidup? Kira-kira minggu depan bisa ke lapangan buat ambil data gak ya?”

Campur aduk isi kepala.

Pengennya sih menepis semua pikiran-pikiran itu selama terkapar di rumah sakit… the body needs some rest but the brain won’t stop talking, heu. Untungnya diinfus jadi pasti harus berbaring, akhirnya dinikmati saja bisa tidur-tidur santai sementara teman-teman sibuk bimbingan, hihi.

Di satu siang saat lagi berusaha tidur-tidur santai itu, paaas nyaris tidur beneran, terdengarlah suara yang agak familiar, tapi otak gak bisa menentukan itu suara siapa.. Gak bisa mencocokkan sumber suara dengan isi ‘bank suara’ di kepala.. *Bilang aja emang otaknya lagi gak sinkron* hehe..

Assalamu’alaikum“, katanya. “Nuju istirahat?”

Bagaikan petir di siang bolong, tiba-tiba otak saya sinkron lagi. Tersebutlah satu nama dalam hati, sang pemilik suara. Memberanikan diri untuk mengintip, mulai membuka mata. There she was, sesosok perempuan paruh baya, yang masih tetap terlihat cantik, berdiri di samping tempat tidur saya, mengulurkan tangan ke Mama lalu bertanya ke saya, “Kumaha sudah membaik? Sakit apa ini teh?”.. Momen yang gak pernah terbayangkan sebelumnya, terjadi siang itu.

Momen yang menjadi titik balik dari segalanya.

Momen yang juga menjadi awal terjadinya pertemuan kedua keluarga besar di satu rumah, selang satu bulan setelah itu. Saling menyampaikan dan menerima maksud, berencana untuk menyatukan dua anak manusia dalam ikatan suci, lima bulan setelahnya 🙂

Allah ‘works’ in a mysterious way, indeed 🙂

‘Ancaman’ berakhir dan saling menamai diri ‘calon teman hidup’ ;D. Alhamdulillah 🙂

Bulan-bulan setelah itu, sang calon teman hidup harus berada di negeri sebelah karena walaupun registrasi mahasiswa baru belum dibuka, ‘kontrak kerja’ sudah dimulai. Sementara, hari-hari saya diisi dengan bolak balik survei vendor, rapat keluarga, fitting baju, mengolah data penelitian, bolak balik lapangan-bimbingan, mencari secuil inspirasi untuk menyelesaikan penulisan tesis supaya bisa sidang sebelum bulan Juni.. dan pastinya, berharap keajaiban dan kemudahan (lainnya) datang dari SangPenguasaSegala.

Malam sebelum hari yang ditentukan, saya terjaga sampai lewat tengah malam, bolak balik terima telepon karena ada masalah yang cukup krusial berkaitan dengan gedung. Gimana gak panik bin senewen kalau besoknya mau acara tapi masih ada yang belum siap? Hmm.. Atau mungkin sebenarnya memang deg-degan saja karena besoknya mau jadi manten ;p hehe.. Panik dan deg-degan terus berlanjut tapi harus memaksakan diri untuk tidur, “Besok kita berangkat sebelum Shubuh, sholat di gedung, terus langsung dirias”, kata Mama. Butuh waktu lama ternyata buat ‘dipermak’ jadi pangling ;p hihi..

Hari itu tiba juga. 6 Juni 2010. Walaupun saat itu harus ‘menyerah’ karena sidang tesis gak terkejar, minimalnya ‘sidang’ yang ini terlewati 😀 Menyaksikan sang calon teman hidup dari dekat, berjabat tangan dengan Papa sambil mengucap janji, sungguh ‘keajaiban’ besar yang sebelumnya sempat hampir terkubur dalam-dalam :’) None of it would have happened without Allah’s permission 🙂 Alhamdulillah…

ijab_qabul

Butuh jiwa yang sangat besar saat harus berbulan madu dan seketika berubah status menjadi proofreader dan asisten pembuat bahan presentasi sidang 😀 hihi.. Tengkyuu Ayah :*

Butuh jiwa yang besar juga saat pemegang status istri baru sudah ditinggal pergi untuk menghadapi sidang tesisnya sendirian tanpa si suami baru yang harus ‘pulang’ ke negeri sebelah karena jatah cuti menikahnya sudah habis ;p

Tiba waktunya wisuda pun, selain Mama Papa, hanya bertemankan adik ipar sebagai pengganti suami. Tapi gak apa, toh dua hari setelahnya, terbang untuk memulai kehidupan baru bersama di negeri sebelah 😀image

Berada di titik ini saat ini, empat tahun menjalani pernikahan, dengan satu anak  berumur 3 tahun, hidup merantau di negeri orang, semakin menyadari ketidaksempurnaan masing-masing, hehe. Masing-masing terbiasa menjadi anak rumahan yang selalu dibantu ART, seketika harus mengelola rumah dan mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Belajar mengurus rumah, mengatur uang, dan yang pasti mengatur waktu.

Sang teman hidup memang jarang memberikan bunga atau berperilaku romantis, tapi cukuplah dengan membantu mengosongkan washbak yang sebelumnya penuh dengan piring kotor, hehe ;p Atau mengepel lantai rumah satu kali dalam seminggu, dan sesekali menyetrika (lah, terus istrinya ngapain?) hihi.. ;p

Sementara sang istri, mohon dimaklumi kalau sering sekali mengomel atau tiba-tiba menangis tanpa alasan jelas, terutama menjelang tamu bulanan datang ;p

Masih sama-sama belajar untuk menjaga dan mendidik amanah terbesar dari Allah berupa makhluk luar biasa yang sekarang berumur 3 tahun. Jelas, salah satu tanggung jawab terbesar sampai saat ini 🙂

Masih terus berusaha menerima dan mengerti kekurangan masing-masing, terus berusaha memperbaiki yang masih mungkin diperbaiki, dan masih saling mengingatkan supaya kebaikan dan segala karunia yang ada sampai saat ini, gak tertutup oleh kekurangannya.

quote_marriage

Aslinyaaaa, gak gampang. Tapiii… semoga gak cape untuk terus berusaha 🙂keluarga

Happy 4th anniversary, dear love. Semoga Allah senantiasa karuniakan sakinah-ketentraman, limpahkan mawaddah-cinta kasih di antara kita, juga meliputi keluarga kecil ini dengan rahmah-kasih sayang-Nya yang gak ternilai.. dan pertemukan kita kembali di fase yang abadi, nanti. Aamiin.. :’)

marriage_quote
Sumber: etsy.com

Semoga 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s