Posted in Motherhood, Parenting

a 2-years-and-4-months-process for good (part 2)

Rutinitas ngASI di malam hari sebelum tidur sudah bisa tergantikan dengan aktivitas membaca buku. Selain jadi pengalihan, rutinitas baru ini juga keliatannya bakal jadi salah satu aktivitas yang Alma suka, she always looks very enthusiastic every time I held and started to open the pages of the book.

But unfortunately… tidak untuk tidur siang. Seperti yang sudah saya ceritakan di tulisan part 1, sejak umur Alma 1,5 tahun, rutinitas ngASI cuma untuk sebelum tidur: tidur siang dan tidur malam. Tidur malam bisa diusahakan ada Ayah yang bisa jadi ‘joki’, sementara tidur siang tidak karena kami cuma bertiga di perantauan.

All in all, pe-er saya masih berlanjut.

Sebulan setelah WWL berlangsung, saya dan Alma ‘ngungsi’ ke Bandung untuk waktu yang belum ditentukan. Suami harus mengikuti training di negara sebelah selama 1,5 bulan, saya pun harus bawa Alma untuk speech therapy di Bandung.

Selama di Bandung, beberapa kali saya mencoba mengalihkan rutinitas ngASI sebelum tidur siang. Minta tolong beberapa orang untuk jadi joki ‘story teller’, sampai mencoba sendiri membacakan buku. Tetooot! Ga berhasil. Bukunya dia ambil, terus dia simpan jauh-jauh. Hihi.. kasian ya si Bubu 😦

Sampai akhirnya, cobaan itu datang.

Di awal bulan September 2013, saat proses WWL sudah berlangsung 2 bulan, Alma terkena rotavirus dan harus dirawat di rumah sakit. To make it even worse, besok nya saya terkena virus yang sama, dan harus dirawat juga. Kami berdua sama-sama diinfus.

Saat infus dipasang, Alma memberontak ga mau ada ‘benda asing’ yang menusuk dan menyakiti tangan kecilnya. Pada akhirnya harus pasrah dengan tangan terpasang infus dan lilitan selang, mau peluk Bubu ga bisa, apalagi mau ngASI, karena tangan Bubu sama-sama diinfus 😥

It hurts so bad to see my little girl at that time.

Tapi.. setelah kami boleh pulang ke rumah, ibu saya mengingatkan kalau sudah hampir seminggu (sejak dirawat di RS) Alma ga ngASI, “ Nah, sekarang jangan diingetin dan jangan dikasih lagi, semoga bisa jadi jalan buat nyapih”.

AHA! Ada benarnya juga apa yang Mama bilang. Sudah hampir 1 bulan ada di Bandung, tapi Alma masih sangat attached sama saya, kalau mau tidur tetep harus sama bubu dan tetep harus sambil ngASI, no excuse. Mama bener, mungkin ini jalan untuk saya bisa ‘melengkapi’ proses ini.

Dua hari setelah pulang ke rumah, Alma seperti ‘lupa’ dengan rutinitas ngASI sebelum tidur siang. Tapi di hari ketiga, the little girl tarik-tarik baju saya, sebuah isyarat kalau dia mau ngASI. Saat itu Alma masih belum bisa bicara, saya merespon dengan berusaha menjelaskan semampu yang saya bisa.

“Sudah habis ‘Nak, kan Alma udah lama nen ke Bubu, dari bayi loh.. Sekarang Alma  udah 2 taun, udah besar. Nah, kalau udah besar, tinggal mamam yang banyak supaya sehat. Yuk, sekarang kita main”.

Sempat merengek sedikit, tapi saya langsung alihkan perhatiannya dengan ajak dia main. Alhamdulillah berhasil. Hari-hari berikutnya, saya coba kasih pengertian ke Alma lewat iklan atau gambar. Setiap ada iklan atau gambar ibu dan bayi nya, saya selalu bilang “Tuh liat.. yang masih nen ade bayi ya.. Alma kan sekarang bukan bayi lagi, udah besar, jadi ga nen lagi kan ya..”.

Hari-hari berlalu. ASI saya semakin hari cuma tinggal beberapa tetes saja. Sampai akhirnya, menjelang akhir bulan September, it has dried completely… no more drip. Well, I guess this is it. It’s the final line. ASI saya akhirnya mengering (antara sedih dan seneng juga sih sebenernya, heu..).

Alma pun alhamdulillah ga pernah lagi tarik-tarik baju saya seperti sebelumnya. Hari-hari terus saya isi dengan menemani dia, main, nonton, anything. Membacakan buku jelas jadi rutinitas wajib; sebelum tidur siang dan pastinya malam. Excited as always, sampai bukunya selesai dibacakan. Tapi ga jarang juga, sebelum bukunya habis saya baca, Alma sudah minta dipeluk sambil saya pangku (tanda dia sudah mengantuk) — ini sebetulnya masih posisi menyusui, but without the breastfeeding process . So there she was — like she has always been — close to my heartbeat :’)

Alhamdulillaah……

**

Jadi ternyata, anak kecil berumur 2 tahun (yang belum bisa ngomong) pun, sudah bisa mengerti dan punya ‘rasa’nya sendiri. Proses menyusu — yang sudah jadi naluri dan kebiasaannya sejak bayi — jelas ga mudah untuk dilepaskan, tapi bukan berarti ga mungkin untuk dilakukan dengan cara dan pendekatan yang baik.
Satu poin penting yang saya dapat dari proses menyapih ini: anak harus tau dan merasa kalau ga lagi menyusu itu ≠ ga disayang lagi. Gantikan proses menyusui dengan belaian, pelukan, atau apapun yang menunjukkan affection, kasih sayang kita.

**

“Semoga perjuangan kita selama 2 tahun 4 bulan ini menjadi bekal untuk kesehatan fisik, emosi, dan tumbuh kembangmu kelak ya ‘Nak… Semoga dengan ini gugur juga kewajiban Bubu untuk memenuhi hak ASI-mu selama 2 tahun penuh… dan semoga, you’ll always be able to recognize me, even only from my heartbeat. Love you, little girl.. :*

 

While breastfeeding may not seem the ‘right’ choice for every parent, it is the best choice for every baby – Amy Spangler

 

One thought on “a 2-years-and-4-months-process for good (part 2)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s