Posted in Motherhood, Parenting

Tips dan Trik Toilet Training

Kalau jaman saya kecil dulu, mungkin orangtua gak perlu pusing ya mikirin soal ini, karena memang dari bayi gak pernah kenal diapers atau popok sekali pakai (pospak). Tapii..seiring perkembangan jaman, pospak tampaknya sudah menjadi bagian dari kehidupan anak, terutama batita.

Nah, terlepas dari beberapa alasan bahwa anak yang mulai menggunakan toilet artinya mulai lebih mandiri lagi, lebih sehat juga karena penggunaan celana dalam menyediakan ruang bernafas yang lebih untuk kulit anak (dan lebih higienis pastinya!), pengurangan sampah pospak yang entah berapa ribu hanya dari satu anak saja… Tapi yang jelas, yang saya rasakan sekali adalah penghematan budget untuk belanja popok tiap bulan, hihi… 😀

Biasanya, secara umum anak bisa mulai diajari menggunakan toilet (toilet training) pada umur antara 18 bulan sampai 36 bulan (referensi disini). Tapi kembali lagi, patokan khusus ada di anak kita sendiri. Setiap anak akan mempunyai fase-nya masing-masing, seperti kapan anak mulai merangkak, berjalan, berbicara, dan kapan mulai belajar menggunakan toilet.

Toilet training merupakan suatu hal yang ‘besar’ dalam perkembangan anak. Sejak bayi, anak hanya tahu bisa BAK/pipis atau BAB/pup kapan saja mereka mau, karena ada pospak yang ‘siap menampung’. Selama belasan bahkan puluhan bulan, hanya ini yang mereka tahu, hingga saatnya mereka harus meng-unlearn hal ini (hihi, saya bingung cari padanan kata yang pas ;p). Jadi, toilet training pasti perlu proses, bisa hitungan hari, minggu, bahkan hitungan bulan (referensi disini).

Sebelum mulai mengajarkan anak untuk menggunakan toilet, ada baiknya orangtua mengamati kesiapan anak agar prosesnya berlangsung baik. Terlalu dini mengajarkan anak toilet training akan menyebabkan prosesnya berlangsung menjadi lebih lama (slow progress) dibandingkan jika anak telah siap secara fisik, sikap, dan kognitif. Berikut ciri-ciri anak yang telah siap diajari menggunakan toilet (memenuhi beberapa/sebagian besar ciri-ciri di bawah), diambil dari buku What To Expect, The Toddler Years karya Heidi Murkoff dan Sharon Mazel juga dari situs babycentre.co.uk:

  • Kesiapan fisiologis: Anak akan mulai dapat mengontrol pengeluaran dari kantung kemihnya (BAK/pipis) sejak umur 18-20 bulan. Batita yang pospaknya kering selama 1-2 jam atau selama tidur siang, biasanya sudah siap untuk toilet training
  • Pup pada jam tertentu setiap harinya: Misalnya saat bangun tidur atau setelah sarapan
  • Anak dapat menyadari/mengetahui ‘sinyal’ tubuhnya: Jika kantung kemihnya terasa penuh, atau perutnya terasa mulas, anak tahu kalau ia ingin pipis/pup, misal menjadi tidak mau diam karena menahan pipis, raut wajah anak berubah seperti mau mengejan kemudian jongkok di sudut rumah, atau memberi tahu Anda lewat kata-kata atau dengan memberi isyarat/menunjuk kalau ia ingin pipis/pup
  • Sering terlihat merasa tidak nyaman dengan pospaknya yang penuh
  • Sudah mengerti konsep bersih-kotor, kering-basah
  • Sudah mengenal istilah yang berkaitan dengan toilet: Misalnya buang air kecil, buang air besar, pup, pipis, dll
  • Mampu untuk mengomunikasikan apa yang ia butuhkan dan mampu mengikuti arahan/instruksi sederhana
  • Menunjukkan ketertarikan untuk menggunakan celana dalam daripada pospak
  • Mampu untuk membuka/memakai celana sendiri, minimal menaikkan dan menurunkan celananya
  • Mulai penasaran jika melihat orang dewasa buang air di toilet, berusaha mengamati dan mengimitasi.

Oh iya, saya menemukan gambar yang sangat eye-catching dan helpful dari situs raisingchildren.net.au. Judul asli gambarnya adalah Toilet Training in Pictures. Bagus nih! 🙂 Walaupun tetap ya, sehabis BAK/BAB harus pakai air, gak kayak oknum bule yang biasanya cukup pakai tisu saja.. Hihii… ;p

toiletraining
Panduan toilet training dalam gambar. Diambil dari: raisingchildren.net.au

Nah, jika memang anak telah siap, orangtua juga harus siap. Terutama sekali siap mental dan sabar karena memang akan menguji kesabaran (heeeu..pengalaman pribadi). Selain siap mental, siap-siap juga lebih rajin mengepel lantai dan mencuci lebih banyak pakaian dan seprai, hehe..

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan sebelum dan selama proses toilet training, masih disarikan dari buku What To Expect, The Toddler Years:

  • Komunikasikan hal ini sebelum Anda memulai. Buat anak merasa ‘termotivasi’ bahwa peralihan dari popok ke toilet adalah sebuah transisi menjadi anak yang lebih ‘besar’ dan mandiri, sama seperti layaknya orang dewasa yang menggunakan kamar mandi, bukan popok.
  • Pelajari pola/jadwal anak. Misalnya, pada awal toilet training, orangtua bisa mengajak anak untuk ke kamar mandi setiap 1 atau 2 jam. Juga setiap mau tidur dan bangun tidur, baik siang maupun malam hari. Seiring berlangsungnya proses toilet training, orangtua akan dapat membaca pola anak.
  • Ajari anak untuk mengomunikasikan keinginannya untuk buang air, gunakan istilah tertentu. Misalnya, “Nak, kalau mau pipis, bilang begini ya: Bu, Alma mau pipis”.
  • Lakukan secara bertahap. Misal, lepas pospak hanya selama di rumah (saat bepergian/tidur masih menggunakan pospak). Berdasarkan pengalaman saya, hal ini penting agar anak tahu perbedaan antara menggunakan pospak dan tidak; jika anak mengompol, ada air yang mengalir membasahi celananya (mungkin juga lantai rumah) dan membuatnya basah/tidak nyaman. Seiring berlangsungnya proses toilet training, jika anak dan orangtua telah lebih siap untuk total lepas pospak (membuat proses toilet training menjadi lebih konsisten), saat tidur siang/malam dapat dibantu dengan penggunaan perlak atau seprai anti air. Cara lainnya, jika memungkinkan, bangunkan/gendong anak tengah malam untuk pipis. Saya melakukan ini hanya sesekali saja jika kebetulan saya tidur lewat tengah malam, selebihnya jarang saya lakukan karena biasanya anak saya sulit untuk kembali tidur. Pada akhirnya, orangtua akan tahu metode mana yang paling pas untuk anaknya masing-masing.
  • Beri anak contoh/panduan. Bisa dengan menggunakan video kartun, atau membiarkan anak melihat saudara kandungnya yang lebih besar menggunakan toilet, atau orangtua yang mengajari langsung (Catatan: berjenis kelamin sama).
  • Ajari anak kebiasaan/ritual di kamar mandi. Misalnya yang pernah dan masih saya lakukan: Masuk kamar mandi dengan kaki kiri, baca do’a masuk dan keluar kamar mandi, menyiram setelah selesai pipis/pup, dan selalu mencuci tangan setelahnya.
  • Gunakan toilet khusus anak yang ukurannya lebih kecil, pastikan pijakannya kokoh dan aman agar anak pun merasa aman dan nyaman. Komunikasikan dan buat suasana di kamar mandi menjadi menyenangkan agar anak tidak takut, misal hiasi kamar mandi dengan stiker, ajak anak untuk menyiram toilet sesudahnya, dan lain-lain.
  • Beri pujian saat anak berhasil pipis/pup di kamar mandi agar ia ingat dan bersemangat untuk mengulanginya lagi. Bisa juga dengan memberi ‘reward kecil’ berupa makanan kesukaan atau stiker lucu untuk ditempel di potty chart atau papan keberhasilan anak. Jika belum berhasil, jangan dimarahi, melainkan ingatkan terus anak untuk mengenali sinyal tubuhnya dan mengomunikasikannya ke orangtua sebelum ia pipis/pup.
    stiker tt
    Gambar: Contoh stiker untuk ‘reward’. Diambil dari brainwaves.net

    potty chart
    Gambar: Contoh potty chart. Diambil dari scrubitis.com
  • Konsisten. Informasikan kepada semua pihak yang melakukan kontak dengan anak bahwa anak sedang dalam proses toilet training; terapkan strategi yang sama dengan yang orangtua lakukan. Ini berlaku bukan saja untuk semua orang di rumah, termasuk juga pengasuh di daycare misalnya atau guru di playgroup jika anak telah masuk sekolah. Hal ini penting untuk menjaga keberlangsungan proses toilet training.
  • Tetap sabar dan semangat karena memang bukan hal yang mudah 🙂

***

Saya memulai toilet training pada Alma memang relatif agak terlambat, karena sebelumnya saya punya pe-er yang tertunda yaitu menstimulasi kemampuan berbicara dan berbahasanya. Saya akan coba rangkum proses toilet training Alma dalam angka:

  • Mulai pada umur 31 bulan, lepas pospak saat di rumah, setiap bepergian dan tidur (siang/malam) masih menggunakan pospak.
  • Perlu waktu 2 minggu sampai Alma mau jongkok di atas WC dan akhirnya berhasil pup.
  • Perlu waktu 1,5 bulan sampai betul-betul total lepas pospak saat bepergian. Pospak Alma akhirnya selalu kering setiap bepergian (sudah merasa tidak nyaman untuk pup/pipis di pospaknya lagi).
  • Perlu waktu 3 bulan sampai Alma merasa sudah jadi anak ‘besar’ dan tidak mau lagi dipakaikan pospak, bahkan saat mau tidur.
  • Perlu waktu 3,5 bulan sampai akhinya Alma berinisiatif mengomunikasikan keinginannya untuk pipis/pup (bukan saya atau ayahnya yang ajak ke kamar mandi) dan jarang sekali ‘kecelakaan’ di celana atau di lantai.
  • Perlu waktu 4,5 bulan sampai Alma bisa menahan pipisnya saat tidur (jarang mengompol saat tidur siang/malam).

Proses yang panjang yah? Hehe.. Beberapa anak mungkin bisa lebih cepat, dan sebagian lainnya mungkin bisa lebih lama. Setiap anak pastinya tidak akan sama, tinggal orangtua saja yang harus tetap konsisten, sabar dan semangat. Walaupun sekarang setiap bepergian harus ‘repot’ cari kamar mandi umum yang bersih, ada tambahan cucian pakaian dan seprai karena sesekali kena ompol, tapi pengurangan budget setiap bulan untuk pospak sangaattttt terasa signifikan 😀 hehe.. Sampah juga berkurang loooh, alhamdulillah.

***

Dari referensi yang saya baca, pada umumnya anak mampu tidak mengompol di malam hari di usia antara 3-4 tahun, jadi tidak salah kalau anak sesekali masih mengompol, karena masih bagian dari proses. Hmmm.. Walaupun masih terus berproses, setidaknya satu milestone terlewati, milestone(s) lain menanti. Seperti yang sering dibilang banyak orang, “as your child continues to get older, something gets easier, something else gets harder“. Harus dinikmati karena gak bisa diulang 🙂 (kecuali kalau punya anak lagi, hihi…)

Happy toilet training! 🙂

18 thoughts on “Tips dan Trik Toilet Training

  1. Blm sebulan TT neng Orchid tp rasanya heu bgt deh,yes betul bu smuanya butuh proses y,Smga perjuangan kta ini g sia2.. Tks for sharing, intip2 yg lain y.. *semangat nyuci, ngepel, setrika*

    Like

  2. Banyak adek-adek yang katanya jadi cranky selama toilet training yah, Mbak.. Sepupu ku ada jugak yang kek gitu.. Ngga tega kalok uda nangis 😦

    Like

  3. Bun sharing dnk, anakku, syuja (20 bln) saat mengejan aq lgsg bw ke kmr mndi tp malah gak jd pup. Aq suruh jongkok (toilet di rmh jongkok) malah mw nangis. Pas aq bw keluar kamar mandi dan aq pakein pospak lg malah ngejan dan pupy. Mgkin bunda bs ksh tips atau trik gimana biar syuja mw pup jongkok dan mw pup di toilet. Thx b4

    Like

    1. Hmm.. Saya sih sebetulnya bukan ‘ahli’, tapi cuma punya pengalaman aja. Kalau dari cerita Bunda Syuja sih, keliatannya Syuja belum cukup ‘siap’ untuk TT bun.. Soalnya Alma juga dulu gitu.. Bilang mau pup terus langsung saya ‘paksa’ angkat buat jongkok di kamar mandi, malah gak jadi pup nya. Efeknya malah jadi trauma. Waktu itu ternyata Alma memang belum ‘siap’. Bunda sudah pastikan Syuja siap TT?
      Kalau memang sudah, perbanyak sounding ke anak untuk mengubah mindset (cara berpikir) dan menyiapkan ‘mental’nya. Seperti yang saya tulis di atas, anak kan sejak lahir punya pemikiran dan perasaan bahwa pup/pipis itu di pospak dan dia sudah ‘terlanjur nyaman’ dengan itu. Jadi sebelum mulai TT pastikan dulu anak memang udah siap, kita bantu dengan cerita misalnya bilang bahwa kalau sudah besar, pup/pipis nya gak lagi di pospak, tapi di kamar mandi, kasih contoh. Penting dibilang juga bahwa itu tandanya anak sudah besar, supaya dia termotivasi. Atau bantu dengan video TT seperti yg saya cantumkan di atas. Biar secara mental dia siap dulu. Jangan dipaksa bun, sambil terus disounding. Nanti kalau anak udah betul-betul ‘siap’ secara pemikiran dan mental, proses TT insyaAllah akan lebih lancar. Semoga bermanfaat 😊

      Like

  4. terima kasih ata pengalaman yg sudah dishare karna sekarang saya sedang melakukan TT pada putri saya umur 20 bulan. hampir sama seperti bunda syuja,ketika putri saya sudah bilang “puk” langsung saya angkat ke kamar mandi. memang pernah berhasil 1 kali dia pup di kamar mandi. tapi belakangan putri saya malah mainan air klo sudah dikamar mandi dan lupa kalo mau puk. apa mungkin putri saya belum siap TT ya ? Terima kasih

    Like

    1. Salam kenal Bunda Icha, makasih udah mampir 😊 Saya sekedar sharing pengalaman aja ya, bukan ahli sama sekali, hehe 😉

      Kalau baca ceritanya Bunda Icha sih, ada baiknya sebelum memulai TT, dicek dulu kesiapan anaknya ya Bun.. Saya sudah rangkum juga checklist nya di tulisan ini 😊 Setelah dicek kesiapannya, kalau memang ternyata anaknya sudah siap, bisa dimulai dengan ‘sounding’ terlebih dahulu, (jangan langsung ‘main angkat dan suruh jongkok’ 😁😅 hehe..) Sebaiknya dilakukan secara bertahap 😊 Trik2nya sudah sy share di tulisan ini, mulai dari ‘sounding’ sampai lepas popok secara bertahap..

      Kalau ternyata belum siap, ditunda dulu aja TTnya sambil terus disounding sampai anak betul2 siap.. Semoga manfaat 😊

      Like

  5. Waah..saya juga agak kesusahan utk TT,apalagi kalo bangun tidut sudah dibujuk utk ke kamar mandi tapi g mau,digendong pun kalo anaknya berontak saya g kuat,dan akhirnya pipis lah dicelana,anak saya jg belum peka yang namanya basah dicelananya,sama seperti bunda2 yg lain pas ngeden trus dibawa ke kmr mandi malah g jadi ,sekalinya bisa pup trus liat pupnya malah shock dan ketakutan,dan sekalinya liat pipisnya keluar malah kaget n akhirnya cuma pipis seuprit,apa berarti dia belum siap untuk TT ya
    Jadi selama ini bila di tatur belum pernah liat dia pe pipis beneran,selalu kecolongan…
    Kira2 harus menunggu berapa menit ya dikamar mandi saat mentatur,(ank saya perempuan),jadi akhirnya yg ada dia malah main air,g jadi bak/bab

    Like

    1. Salam kenal, Mba Iis.. putrinya umur berapa ya? Kalau baca dari cerita Mba Iis, kemungkinan besar putrinya belum siap, sama seperti putri saya waktu awal TT. Kesiapan anak juga tergantung dari umurnya, umur biasanya menggambarkan kesiapan anak walau nggak mutlak. Tapi minimal anak sudah bisa komunikasi dan menunjukkan tanda-tanda dia “tertarik” untuk pipis/pup di kamar mandi karena sebelumnya sudah kita sounding. Praktek TT akan berjalan relatif lebih mudah kalau sebelumnya kita awali dengan sounding yang baik mengenai TT.

      Like

Leave a comment